Islam
pernah berjaya beberapa abad lalu, bahkan orang Barat banyak yang belajar di
negeri-negeri Islam, seperti di Irak, mesir, dan lain-lain. Ini menunjukkan
kehebatan Isam pada masa lalu, baik dari segi pemerintahan, teknolagi, maupun
agama. Peristiwa ini telah menunjukkan pada dunia bahwa Islam juga pernah maju
dan berhak juga mengambil masa keemasan itu pada masa mendatang.
Dalam
pengkajian beberapa data, maka didapati pada masa sekarang kualitas umat Islam
sangatalah berkurang, baik dari segi berpikir, mapun dari segi agama. Keadaan
ini bisa dilihat di mana-mana, banyak umat
Islam yang meninggalkan kewajibannya, dan menjadi seorang yang malas
berpikir untuk memajukan Islam. Apakah gerangan penyebabnya dan bagaiamana
solusinya.
Penyebab-Penyebab
1. Kekurangan Pemahaman Terhadapa Agama
Islam
mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu sampai ke mana saja. Ini dianjurkan
walaupun ke negeri orang-orang kafir, namun pada kenyataannya, umat Islam jika
dibandingkan dengan banyaknya ummatnya, maka akan didapati bahwa umat Islam
banyak kurang tertarik pada Imu Pengetahuan. Hal ini akan berdampak pada lemahnya
kualitas manusia sekaligus lemahnya perkembangan negara. Dan juga akan berujung
lebih buruk, seperti keterbelakagan mental, kemiskinan, dan meningkatnya
angka-angka kriminalitas.
Lalu,
apakah yang membuat umat Islam menjadi lemah? Menurut Profesor Doktor Suyuti Pulungan, dari Universitas Raden Fatah
Palembang, menyatakan bahwa “umat Isam menjadi mundur karena meninggalkan
Al-Qur’an dan sumber-sumber ajaran Islam lainnya. Ini mengartikan jika umat
Islam terus melalaikan ajaran AL-Qur’an dan sumber ajaran Islam lainnya, maka
umat Islam takkan pernah maju. Jika diamatai pernyataan ini juga berkaitan
dengan masalah keimanan, artinya umat Islam kurang mempunyai niai iman
untuk mempelajari dan memperaktekkan
sumber-sumber ajaran Islam itu sendiri.
2. Menusia Akan Cenderung Hidup Seperti orang-orang di Lingkungannya
Seperti
yang dikemukankan oleh David J. Scwartz dalam bukunya Berpikir dan Berjiwa Besar bahwa “Kita adalah produk dari lingkungan”. Lebih dari sembilan
puluh persen kehidupan kita dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar kita. Ini
menunjukkan kita akan tidak jauh berbeda dari lingkungan kita. Jika lingkungan
kita orang-orang awam, maka kita akan cenderung menjadi orang awam yang tak mau
berpikir berbdeda dari kebnyakan orang di lingkungannya. Hal ini memang pemandangan
biasa, namun dalam kajian ini ditulis bahwa “takut berbeda dari lingkungan
telah membuat Islam menjadi jumud atau tak berkembang”
3. Mempelajari nash-nash Al-Qur’an dan Hadits secara setangah-setengah
Orang
yang belajar secara setangah-setengah akan mendapatkan hasil yang setengah atau
lebih rendah dari itu. Ilmu harusah selalu berkembang. Jika umat Isalm
mempelajari Islam secara setengah-setengah, maka biasanya hasil yang didapat
bukanlah kesempurnaan dalam pemahaman, namun lebih mengarah pada keraguan dan
takut pada ajaran-ajaran baru yang mungkin juga berpeluang auntuk mengembangkan
Islam.
Seperti
yang dinyatakan Nepoleon Hill dalam bukunya Ciptakan
Keajaibanmu Sendiri bahwa “hidup itu
harus selalu berubah,” dicontohkannya sesuatu yang dahulunya tak mungkin, malah
sekarang terjadi. Demikian juga dalam hal mempelajari Islam harus selalu berubah dan tidak berhenti pada pemahaman
tertentu asalkan tidak melanggar batasan yang telah nyata kebenarnnya. Maka, dalam
hal ini pemahaman Al-Qur’an dan sumber-sumber ajaran Islam lainnya haruslah
selalu berlanjut demi menemui kemajuan Islam pada masa mendatang.
Solusi
1. Dperlukan Motivator (pendorong) Hebat yang sekarang
Kebanyakan Berada di Barat
Konsep
ajaran Islam itu ibarat sebuah bangunan, apabila satu bagian yang rusak atau
kurang sempurna pengetahuannya, maka akan menimbulkan kerancuan dan cenderung
distatiskan (tidak berkembang). Misal dalam suatu hadits “ Islam itu datangnya
asing, maka akan kembali asing” . Sepintas lalu orang yang mendengar hadits ini
menyimpulkan bahwa sudah takdirnya Islam tidak berpengaruh di akhir zaman.
Namun, dalam kajian para motovator yang kebanyakan berada di Barat, maka mereka
akan melengkapi kalimat ini dengan solusi atau kalimat sambung sebagai pemecah
msaah, misal Islam boleh saja asing di akhir zaman, namun tidaklah membuat hilangnya
peluang untuk meraih masa keemasannya kembali seperti masa dahulu. Dan juga mereka
biasanya akan membuat konsep atau kata-kata bijak untuk mendorong hal ini,
seperti yang yang dinyatakan oleh David J. Scwartz, jika Anda berpikir besar
dan Anda yakin bahwa Anda akan berhasil maka seluruh aktifitas saraf Anda
seolah-olah akan berpikir untuk mewujudkan impian besar Anda tersebut”. Hal ini
menunujukkan mereka punya daya motivasi yang besar untuk mempengaruhi kejiwaan
orang dan cenderung akan menjadi prinsip
dalam kehidupan . Oleh karena itu tidak salahnya jika Islam juga bekerja sama
dengan pihak Barat (non-Islam) untuk mengembangkan Islam terutama dari segi
motivasi.
2. Sanggup Berbeda dari Lingkungan
Seperti
yang telah diulas sedikit si atas, manusia akan cenderung seperti manusia di
lingkungannya. Jika pada lingkungan itu perkembangan pemikirannya agak lambat,
maka dapat dimungkinkan perkembangannya akan seperti itu-itulah dan sulit untuk
lebih maju. Dalam pandangan beberapa motivator Barat, orang itu jika mau
dianggap luar biasa, maka ia harus mampu berbeda dari lingkungannya. Kita bisa
lihat perkebangan di Barat sangatlah cepat, terutama di bidang teknologi,
karena mereka sanggup berbeda dari lingkungan, sanggup dinyatakan oleh orang
lain bahwa ia adalah “orang aneh.” Namun, jika ini berniat untuk memajukan
suatu bidang, misal teknologi, maka orang-orang yang mencemoohkan akan tercenganng ketika apa yang pernah Anda sampaikankan
itu dinyatakan “benar” oleh dunia. Jadi dalam hal ini demi menciptakanasuatu
perkembangan, maka Anda harus berpikir yang jarang bahakan belum pernah
dipikirkan oleh kebnyakan orang, misal, jika Islam itu harus maju, maka tidak
memungkinkan jika Orang-orang kafir yang telah maju di bidang teknologi itu
bukannya dibenci atau dimusuhi, namaun dimanfaatkan. Disewa untuk mengajar di
dunia Islam dan diberi penghargaan jika telah menunujukkan keberhasilan. Contoh ini memang belum tentu
benar, namun ini menunjukkan bahwa Anda punya ide yang berbeda dari kenyakan
orang, ingat prinsip kemajuan adalah “ segala sesuatu itu harus selalu
berubah”, meskipun pendapat Anda salah, namun minimal Anda telah menyumbangkan
pemikiran pada dunia dan Anda telah sanggup menjadi oang-orang yang luar biasa
alias berbeda dari kebnyakan orang.
3. Memepelajari Al-Qur’an dan Sumber Ajaran Islam Lainnya Secara Terus
Menerus
Penghentian
pembeajaran akan berakibat pada kebingungan bahkan keraguan pada ajaran Islam.
Ini kerap terjadi, misal pada anak yang pada masa SMA-nya ia memasuki MA
(Madrasah Aliyah) dan menyenangi cabang-cabang iilmu agama Islam. Namun,
setelah masuk perguruan tinggi, ia memilih Fakultas Ekonomi atau jenis ilmu
umum lainnya, yang membuat ia semakin malas
bahkan berehenti belajar masalah cabang-cabang ilmu agama Islam. Ketika ia
ditanya mengenai Islam, maka ia akan menjawabnya dengan rasa ragu, dan
kehilangan setengah pondasi pelajaran yang pernah dipelajarinya dulu. Misal,
jika ada yang menanyakan tentang hadits “ ridha Allah bergantung keda rhida
orang tua”, namuan pada masa sekarang orang tua sekrang tidak terlalu
memperhatikan ajaran Islam, misal orang tua berani melakukan praktek sogok
menyogok, demi anaknya supaya bisa masuk kerja. Hal seperti ini, jika
kekurangan ilmu atau mempelajari Islam secara setengah-setengah, maka akan
meinimbulkan keraguan dalam hati, apakah mungkin hadits Rasululah seperti itu,
atau ada yang salah dalam periwayatan hadits, atau juga ada makna lain. Jika ia
tidak memahami maka akan timbullah keraguan dan menyebabkan berbagai efek,
seperti turunnya tingkat keimanan, dan lemahnya ilmua agama.
Oleh
karena itu, jika menginginkan kembalinya masa keemasan Islam, maka telah
dipaparkan beberpa penyebab beserta solusinya di atas, bila ada kesalahan, baik
dalam penulisan maupun kebijaksanaan
penulis mohon maaf.