Minggu, 18 Desember 2011

Lalai

                Lalai adalah sifat di mana manusia tidak merasa bersalah ketika ia merasakan kesalahan dan tidak merasa terpanggil dengan perintah kebaikan-kebaikan.

                Manusia apabila dirinya telah lalai maka sulit sekali untuk mengalami perubahan. Dia mengagap biasa-biasa saja padahal ia terkadang sebenarnya hanyut dalam kesesatan yang disebabkan oleh kelalaian. Panggilan azan, sentuhan-sentuhan tausiah tidak lagi membuatnya menjadi lebih sadar. Maka dalam hal ini bisa dikatakan bahwa ia sudah termasuk golongan orang-orang yang lalai.

                Pada kehiupan sehari-hari banyak dijumpai orang-orang yang seperti itu. Bisa dilihat, ketika di tengah keramain, kemudian ada panggilan azan, maka seberapa banyak orang-orang khususnya para lelaki yang  tepranggil hatinya untuk mengikuti shalat berjamaah secara tepat waktu. Penulis tidak memvonis bahwa mereka dipastikan tidak mengerjakan sahalat, tetapi bisa dikatakan bahwa mereka telah lalai dalam melaksanakan shalat tepat waktu.

                Keadaan ini biasanya berlangsung terus-menerus sampai ada sesuatu yang mengguncangnya supaya ia dapat berubah. Bahkan lebih buruk lagi dia dipengaruhi atau termasuk ke dalam lingkungan buruk, maka besar kemungkinan bahwa ia akan lebih lalai, bahkan lebih mengarah pada kekufuran. Namun, jika ada sesuatu ujian yang datang mempringatkannya, maka inilah salah satu jalannya untuk melakukan perubahan menjadil lebih baik, tetapi ini juga harus disertai dengan niat yang sungguh-sungguh untuk ingin berubah.

                Adapun cara lain untuk mengubahnya yaitu :

1. Niat ingin berubah
2. Berdo’a kepada Allah supaya dihindarkan dari sifat lalai
3. Bertahajjud (shalat tahajjud)
                Berdasarkan pengalaman penulis cara yang ketiga bisa membawa efek yang besar. Karena keleleahan kita dalam beribadah di tengah malam (tahajjud),  maka frequensi otak kita diturunkan pada gelombang tertentu, yang menyebabkan getaran-getaran elektromagnetik di alam ghaib lebih kita rasakan. Misalnya ketika ada panggilan azan, maka sebenanrya Allahlah yang mengajak kita shalat. Dengan gelombang otak seperti tadi, maka getaran-getaran itu bisa membuat hati kita luluh dan ingin menjalankan perintah-Nya. Terlebihnya lagi akan merasa haus dengan kebaikan. Oleh karena itu menurut penulis t”shalat tahajjudlah” yang paling berperan dalam pembentuk karakter manusia supaya tidak lalai.
4. Berpuasa
                Puasa, seperti puasa sunnat akan sangat erat dengan kesehatan jasmani dan rohani. Ketika Anda berpuasa, pemompaan darah ke otak akan lebih stabil yang menyebabkan Anda merasa nyaman berpikir, dan nafsu akan tertekan. Dengan perasaan seperti inilah, maka Anda akan dihiasi dengan pikiran-pikiran positif untuk selalu berbuat kebaikan.

5. Berteman dengan orang-oran yang tidak lalai.
                Jika Anda berteman dengan orang yang lalai, maka tidak ada yang akan memperingatkan Anda tentang kealaian Anda, tetapai jika Anda berteman denga orang yang tidak lalai, maka mudah-mudahan mereka selalu menyadarkan Anda.

                Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan ialah, bahwa sifat lalai sangatlah buruk bahkan dapat menghantarakan pada sifat kekufuran. Oleh karena itu perlu hati-hati dan selalu memperbaiki diri dari setiap waktu yang telah diberikan Allah Swt.

                Demikianlah ulasan tentang sifat lalai, jika ada kejanggalan atau pun kesalahan dalam penulisan, saya selaku penulis yang tentunya bukanlah makhluk yang sempurna mengucapkan mohon maaf.

1 komentar:

  1. Stainless Steel vs Titanium Apple Watch - TITanium-Arts
    The Stainless Steel-branded watch is titanium charge made to offer titanium wedding rings a true classic design trekz titanium and gold titanium features the babyliss titanium flat iron all-natural stainless steel core.

    BalasHapus