Lalai
adalah sifat di mana manusia tidak merasa bersalah ketika ia merasakan
kesalahan dan tidak merasa terpanggil dengan perintah kebaikan-kebaikan.
Manusia
apabila dirinya telah lalai maka sulit sekali untuk mengalami perubahan. Dia
mengagap biasa-biasa saja padahal ia terkadang sebenarnya hanyut dalam
kesesatan yang disebabkan oleh kelalaian. Panggilan azan, sentuhan-sentuhan
tausiah tidak lagi membuatnya menjadi lebih sadar. Maka dalam hal ini bisa
dikatakan bahwa ia sudah termasuk golongan orang-orang yang lalai.
Pada
kehiupan sehari-hari banyak dijumpai orang-orang yang seperti itu. Bisa
dilihat, ketika di tengah keramain, kemudian ada panggilan azan, maka seberapa
banyak orang-orang khususnya para lelaki yang
tepranggil hatinya untuk mengikuti shalat berjamaah secara tepat waktu.
Penulis tidak memvonis bahwa mereka dipastikan tidak mengerjakan sahalat,
tetapi bisa dikatakan bahwa mereka telah lalai dalam melaksanakan shalat tepat
waktu.
Keadaan
ini biasanya berlangsung terus-menerus sampai ada sesuatu yang mengguncangnya
supaya ia dapat berubah. Bahkan lebih buruk lagi dia dipengaruhi atau termasuk
ke dalam lingkungan buruk, maka besar kemungkinan bahwa ia akan lebih lalai,
bahkan lebih mengarah pada kekufuran. Namun, jika ada sesuatu ujian yang datang
mempringatkannya, maka inilah salah satu jalannya untuk melakukan perubahan
menjadil lebih baik, tetapi ini juga harus disertai dengan niat yang
sungguh-sungguh untuk ingin berubah.
Adapun
cara lain untuk mengubahnya yaitu :
1. Niat ingin berubah
2. Berdo’a kepada Allah supaya
dihindarkan dari sifat lalai
3. Bertahajjud (shalat tahajjud)
Berdasarkan
pengalaman penulis cara yang ketiga bisa membawa efek yang besar. Karena
keleleahan kita dalam beribadah di tengah malam (tahajjud), maka frequensi otak kita diturunkan pada
gelombang tertentu, yang menyebabkan getaran-getaran elektromagnetik di alam
ghaib lebih kita rasakan. Misalnya ketika ada panggilan azan, maka sebenanrya
Allahlah yang mengajak kita shalat. Dengan gelombang otak seperti tadi, maka
getaran-getaran itu bisa membuat hati kita luluh dan ingin menjalankan
perintah-Nya. Terlebihnya lagi akan merasa haus dengan kebaikan. Oleh karena
itu menurut penulis t”shalat tahajjudlah” yang paling berperan dalam pembentuk
karakter manusia supaya tidak lalai.
4. Berpuasa
Puasa,
seperti puasa sunnat akan sangat erat dengan kesehatan jasmani dan rohani.
Ketika Anda berpuasa, pemompaan darah ke otak akan lebih stabil yang
menyebabkan Anda merasa nyaman berpikir, dan nafsu akan tertekan. Dengan
perasaan seperti inilah, maka Anda akan dihiasi dengan pikiran-pikiran positif
untuk selalu berbuat kebaikan.
5. Berteman dengan orang-oran
yang tidak lalai.
Jika
Anda berteman dengan orang yang lalai, maka tidak ada yang akan memperingatkan Anda
tentang kealaian Anda, tetapai jika Anda berteman denga orang yang tidak lalai,
maka mudah-mudahan mereka selalu menyadarkan Anda.
Dari
uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan ialah, bahwa sifat lalai
sangatlah buruk bahkan dapat menghantarakan pada sifat kekufuran. Oleh karena
itu perlu hati-hati dan selalu memperbaiki diri dari setiap waktu yang telah
diberikan Allah Swt.
Demikianlah
ulasan tentang sifat lalai, jika ada kejanggalan atau pun kesalahan dalam penulisan,
saya selaku penulis yang tentunya bukanlah makhluk yang sempurna mengucapkan
mohon maaf.
Stainless Steel vs Titanium Apple Watch - TITanium-Arts
BalasHapusThe Stainless Steel-branded watch is titanium charge made to offer titanium wedding rings a true classic design trekz titanium and gold titanium features the babyliss titanium flat iron all-natural stainless steel core.